Sunday, November 19, 2017


Topik                         : Kanker Serviks
Sasaran                      : Pasien dan keluarga pasien
Jumlah Sasaran         : 20 orang
Tempat                       : Ruang Edelweis RSUD Dr. Muhammad Soewandhie Surabaya
Hari/Tanggal             : Selasa, 19-04-2016
Waktu                        : 1 X 30 menit

I.   Tujuan Instruksional umum
     Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien mengerti tentang kanker serviks

II.  Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1.    Menyebutkan pengertian kanker serviks
2.    Menyebutkan penyebab kanker serviks
3.    Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
4.    Mengetahui deteksi dini kanker serviks
5.    Mengetahui tempat pelayanan
6.    Menyebutkan penatalaksanaan kanker serviks
7.    Mengetahui cara pencegahan kanker serviks
III.Materi
1.    Pengertian kanker serviks
2.    Penyebab kanker serviks
3.    Tanda dan gejala kanker serviks
4.    Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks
5.    Tempat pelayanan
6.    Pencegahan kanker serviks    
7.    Penatalaksanaan kanker serviks.
IV.Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
V.    Media
1.    LCD
2.    Proyektor
3.    Leaflet
4.    PPT
5.    Video
VI. Kegiatan Penyuluhan
NO
WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN PESERTA
1
5 menit
Pembukaan
a)         Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
b)         Memperkenalkan diri
c)         Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d)        Menyebutkan materi yang akan diberikan
e)         Menyampaikan kontrak waktu
Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh moderator.
2
15 menit
Pelaksanaan
Penyampaian materi oleh pemateri:
a)      Menggali pengetahuan peserta tentang kanker serviks
b)      Menjelaskan tentang pengertian kanker serviks
c)      Menyebutkan penyebab kanker serviks
d)     Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
e)      Menjelaskan tentang deteksi dini kanker serviks
f)       Menjelaskan tempat pelayanan
g)      Menjelaskan yang harus dilakukan / penatalaksanaan kanker serviks
h)      Menjelaskan tentang pencegahan kanker serviks
Mendengarkan dan memberikan umpan balik tehadap materi yang disampaikan.
3
5 menit
Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami
Mengajukan
Pertanyaan


4
5 menit
Evaluasi
Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan
Reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Penutup
a)      Mempersilahkan fasilitator dari pembimbing klinik dan pembimbing akademik untuk menambahkan ataupun menjelaskan kembali jawaban pertanyaan peserta yang belum terjawab.
b)      Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan
c)      Ucapan terima kasih
d)     Salam penutup
Mendengarkan dengan seksama dan menjawab salam

VII.  Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a)    Peserta hadir ditempat penyuluhan
b)    Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Edelweis RSUD Dr. Muhammad Soewandhie Surabaya. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2.  Evaluasi Proses
a)   Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b)   Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3.  Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus



MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
KANKER SERVIKS


1.      PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina (Depkes, 2009).
2.      PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis).
 Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV  ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah  (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
 Faktor risiko kanker leher rahim menurut Depkes tahun 2009 :
1.      Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2.      Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yang suka       berganti – ganti pasangan
3.      Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4.      Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang sama
5.      Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker karenakebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6.      Pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7.      Diet tinggi lemak
8.      Kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9.      Personal hygine yang kurang
10.  Grande multi para
3.      GEJALA DAN TANDA
Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun.  Kanker serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa menurut Rasjidi tahun 2007 :
  1. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode menstruasi, atau setelah menopause.
  2. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau yang busuk.
  3. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex
4.      SKRINING (DETEKSI DINI)
Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium yang lebih awal, penatalaksanaan sepertinya lebih berhasil. Skrining kanker serviks regular dan perubahan prekanker pada serviks direkomendasikan untuk semua wanita. Kebanyakan panduan menganjurkan skrining pertama dalam waktu 3 tahun pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak lebih dari umur 21 Skrining dapat berupa.
1)      Pap test.
Pap smear adalah pemeriksaan sel – sel pada servik uteri untuk mengetahui apakah ada perubahan abnormal yang bersifat prakanker. Umur penderita kanker leher rahim antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Dalam kurun aktu yang selama itu, mungkin saja seorang penderita tidak akan merasakan nyeri pada alat genitalnya, karena memang sel – sel pada leher rahim tidak terdapat sensor nyeri (Kepmenkes, 2015).
2)      IVA
IVA(inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%.
Program Skrining Oleh WHO :
Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahu. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun (Kemenkes, 2015).

5.      TEMPAT PELAYANAN
Pap smear dan IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan diantaranya :
·         Perawat terlatih
·         Bidan
·         Dokter Spesialis Obgyn.
·         Puskesmas
·         Rumah sakit
6.      PENATALAKSANAAN
1.      Kanker non invasive
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker noninvasif termasuk :
a.       Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
b.      Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
c.       Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
d.      Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan prekanker..
e.       Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif (Rasjidi, 2007).
2.      Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri dari
1)      Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi (Rasjidi, 2007).
2)      Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi (Rasjidi, 2007).
3)      Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.  Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause (Rasjidi, 2007).
4)      Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43%     ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh (Rasjidi, 2007).
7.   PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV. Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks yaitu :
a.          Menghindari hubungan sex pada umur muda.
b.         Memiliki partner seks tunggal
c.          Menghindari merokok
d.         Vaksinasi HPV
Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali.
Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan atas. Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.
e.       Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut :
a.    Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
b.   Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun sekali.
c.    Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
d.   Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat dihentikan.
f.       Test IVA  dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan memoles mulut rahum menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah ada kelainan seperti perubahan warna yang berwarna pink berunah menjadi putih. Perubahan warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata (Kemenkes, 2015).



DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Departemen Kesehatan RI  (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta:Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Kementrian Kesehatan RI (2015). Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta:Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC


0 comments :

Post a Comment