Topik :
Kanker Serviks
Sasaran : Pasien
dan keluarga pasien
Jumlah
Sasaran : 20 orang
Hari/Tanggal : Selasa, 19-04-2016
Waktu : 1 X 30
menit
I.
Tujuan Instruksional umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien
dan keluarga pasien mengerti tentang kanker serviks
II.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan
penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan
pengertian kanker serviks
2. Menyebutkan
penyebab kanker serviks
3. Menyebutkan
tanda dan gejala kanker serviks
4. Mengetahui
deteksi dini kanker serviks
5. Mengetahui
tempat pelayanan
6. Menyebutkan
penatalaksanaan
kanker serviks
7. Mengetahui
cara pencegahan kanker serviks
III.Materi
1. Pengertian
kanker
serviks
2. Penyebab
kanker
serviks
3. Tanda
dan gejala kanker serviks
4. Cara
deteksi dini (skrining) kanker serviks
5. Tempat
pelayanan
6. Pencegahan
kanker
serviks
7. Penatalaksanaan
kanker
serviks.
IV.Metode
1. Diskusi
2. Tanya
jawab
V. Media
1. LCD
2. Proyektor
3. Leaflet
4. PPT
5. Video
VI.
Kegiatan Penyuluhan
NO
|
WAKTU
|
KEGIATAN PENYULUHAN
|
KEGIATAN PESERTA
|
1
|
5 menit
|
Pembukaan
a)
Membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam
b)
Memperkenalkan diri
c)
Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d)
Menyebutkan materi yang
akan diberikan
e)
Menyampaikan kontrak
waktu
|
Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh moderator.
|
2
|
15 menit
|
Pelaksanaan
Penyampaian materi oleh pemateri:
a)
Menggali pengetahuan peserta tentang kanker
serviks
b)
Menjelaskan tentang
pengertian kanker serviks
c)
Menyebutkan penyebab
kanker serviks
d)
Menyebutkan tanda dan
gejala kanker serviks
e)
Menjelaskan tentang
deteksi dini kanker serviks
f)
Menjelaskan tempat
pelayanan
g)
Menjelaskan yang harus dilakukan
/ penatalaksanaan kanker serviks
h)
Menjelaskan tentang
pencegahan kanker serviks
|
Mendengarkan dan memberikan umpan balik tehadap materi yang
disampaikan.
|
3
|
5 menit
|
Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya tentang materi yang kurang
|
Mengajukan
Pertanyaan
|
4
|
5 menit
|
Evaluasi
Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi
yang telah diberikan dan
Reinforcement kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan
|
Menjawab pertanyaan
|
Penutup
a)
Mempersilahkan fasilitator dari pembimbing klinik dan pembimbing
akademik untuk menambahkan ataupun menjelaskan kembali jawaban pertanyaan
peserta yang belum terjawab.
b)
Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan
c)
Ucapan terima kasih
d)
Salam penutup
|
Mendengarkan
dengan seksama dan menjawab salam
|
VII.
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a)
Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan
penyuluhan dilaksanakan di Ruang
Edelweis RSUD Dr. Muhammad Soewandhie Surabaya. Pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi
Proses
a) Peserta antusias terhadap
materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan secara benar
3.
Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80%
peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai
dengan tujuan khusus
MATERI
PENYULUHAN KESEHATAN
KANKER
SERVIKS
1.
PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan
salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita.
Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual, mempunyai
peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker
servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
uterus ( rahim ) dengan liang vagina (Depkes, 2009).
2.
PENYEBAB
Pada umumnya, kanker
bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang mengubahnya dari sel
normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan
yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan mereka
tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor).
Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di
tempat lain di dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum
diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma
serviks adalah infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker
serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas
seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko
menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi
tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Faktor
risiko kanker leher rahim menurut Depkes tahun 2009 :
1. Kontak
seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan
seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yang suka berganti – ganti pasangan
3. Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor
Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor
ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak.
Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker
leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang
sama
5. Sistem
imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker karenakebanyakan
wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang
tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya,
maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6. Pencucian
vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7. Diet
tinggi lemak
8. Kekurangan
vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. Personal
hygine yang kurang
10. Grande
multi para
3.
GEJALA DAN TANDA
Pasien mungkin saja tidak
mengalami gejala kanker serviks apapun. Kanker serviks dini biasanya
tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin
terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat
berupa menurut Rasjidi tahun 2007 :
- Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau
diantara dua periode menstruasi, atau setelah menopause.
- Sekret encer disertai darah dapat
berat dan keputihan yang memiliki bau yang busuk.
- Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex
4. SKRINING (DETEKSI DINI)
Jika kanker serviks
terdeteksi pada stadium yang lebih awal, penatalaksanaan sepertinya lebih
berhasil. Skrining kanker serviks regular dan perubahan prekanker pada serviks
direkomendasikan untuk semua wanita. Kebanyakan panduan menganjurkan skrining
pertama dalam waktu 3 tahun pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak
lebih dari umur 21 Skrining dapat berupa.
1)
Pap
test.
Pap
smear adalah pemeriksaan sel – sel pada servik uteri untuk mengetahui apakah
ada perubahan abnormal yang bersifat prakanker. Umur penderita kanker leher
rahim antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun. Periode laten dari
fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Dalam
kurun aktu yang selama itu, mungkin saja seorang penderita tidak akan merasakan
nyeri pada alat genitalnya, karena memang sel – sel pada leher rahim tidak
terdapat sensor nyeri (Kepmenkes, 2015).
2)
IVA
IVA(inspeksi
visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker
leher rahim sedini mungkin
IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5%.
Program
Skrining Oleh WHO :
Skrining
pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahu. Kalau fasilitas
memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun Kalau
fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun Ideal dan
optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
Skrining
yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak
yang cukup signifikan. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA
bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5
tahun (Kemenkes, 2015).
5.
TEMPAT
PELAYANAN
Pap
smear dan IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan
kesehatan diantaranya :
·
Perawat terlatih
·
Bidan
·
Dokter Spesialis Obgyn.
·
Puskesmas
·
Rumah sakit
6.
PENATALAKSANAAN
1.
Kanker non invasive
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas
hanya pada lapisan luar dari serviks memerlukan penangan untuk membuang area
abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan
tambahan. Prosedur
untuk membuang kanker noninvasif termasuk :
a. Biopsi Cone. Selama operasi ini,
dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk
cone dimana abnormalitas ditemukan.
b. Operasi Laser. Operasi ini menggunakan
gelombang sempit pada cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel
pre-kanker.
c. Loop electrosurgical
excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus
listrik, yang memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut
serviks.
d. Cryosurgery.
Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan prekanker..
e. Hysterectomy.
Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan prekanker,
serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih
dari kasus kanker servikal noninvasif (Rasjidi, 2007).
2.
Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam
dari lapisan luar sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan
membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung
pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang
mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri dari
1)
Operasi.
Operasi untuk mengambil
uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks.
Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan
uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini
– Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal –
Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut –
merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam
serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat
mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun
membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara
dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan
urinasi (Rasjidi, 2007).
2)
Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan
energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara
eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan
material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama
efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan
kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik.
Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat
digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor
atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek
samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung, nausea,
diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan
hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat
berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi (Rasjidi, 2007).
3)
Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen
tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis
sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani
dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin
telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon
klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi,
terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24%
kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial.
Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah
memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun,
efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang
memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk
carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine
sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.
Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya
mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin,
5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin.
Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang
dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek
samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat
menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi
dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause (Rasjidi, 2007).
4)
Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan
harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan
kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan
teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi
digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut
digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan
mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar
43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih
mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh (Rasjidi, 2007).
7. PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan
menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan
yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap
melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV. Sebagai
tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks
yaitu :
a.
Menghindari hubungan sex
pada umur muda.
b.
Memiliki partner seks tunggal
c.
Menghindari merokok
d.
Vaksinasi HPV
Suatu vaksin baru
disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya.
The national Advisory Committee on Immunization Practices merekomendasikan
vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13
hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif
diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga
kali.
Penyuntikan kedua
berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan
pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan
atas. Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin
ini tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan
kanker serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga
dosis tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang
paling penting.
e.
Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif
untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal
Pap rutin adalah sebagai berikut :
a. Pap Smear pertama
dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau pada umur 21
tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
b. Dari
umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun
sekali.
c. Dari
umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
d. Umur
70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat
dihentikan.
f.
Test IVA
dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan
memoles mulut rahum menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah ada kelainan
seperti perubahan warna yang berwarna pink berunah menjadi putih. Perubahan
warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata (Kemenkes,
2015).
DAFTAR
PUSTAKA
Hartono, Poedjo (2000). Kanker
Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada
Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Departemen
Kesehatan RI (2009). Buku Saku Pencegahan
Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta:Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular.
Kementrian
Kesehatan RI (2015). Panduan Program Nasional Gerakan
Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta:Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Rasjidi, Imam
(2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
0 comments :
Post a Comment