Friday, May 22, 2015

A. PEMBAHASAN
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III  atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Wanita memiliki sekitar 2,3 gram zat bes total di dalam tubuh yang sebagian besarnya (80%) ditemukan dalam masa sel darah merah sebagai hemoglobin (Hb). Zat besi total di dalam tubuh ditentukan oleh asupan, pengeluaran, dan penyimpanan mineral ini. zat besi yang tidak digunakan disimpan sebagai kompleks protein yang read more dapat larut yaitu feritin, yang terdapat terutama di hati, sum-sum tulang belakang, limpa dan otot skeletal. Dibutuhkan skema absorpsi normalsistem gastrointestinal yang mempertahankan keseimbangan antara kadar zat besi fungsional (Hb) dan zat besi yang disimpan (mioglobin). Tubuh mampu menyerap 1-2 mg zat besi setiap hari diet dan laju produksi sel darah merah yang adekuat. Faktor utama yang mengendalikan absorpsi zat besi adalah jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh dan jenis zat besi yang tersimpan dalam diet seseorang.
Kebutuhan zat besi meningkat untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan, menstruasi, kehilangan darah atau donor darah, kehamilan, gangguan hemolitik, obat yang menyebabkan hemolisis (missal antiretrovirus), infeksi saluran kemih-kehamilan, dan infestasi cacing tambang.
Anemia defisiensi zat besi yang disebabkan oleh ketidakadekuatan absorpsi zat besi terjadi karena diet yang rendah zat besi hem, mal absorpsi, bedah lambung, infeksi malaria yang mengakibatkan rendahnya penggunaan zat besi dalam diet.
B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
  1. Kurang gizi (malnutrisi)
  2. Kurang zat besi dalam diit
  3. Malabsorpsi adalah penyerapan nutrisi yang buruk dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah, yang menyebabkan kekurangan gizi.
  4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
  5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. PATOFISIOLOGI
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).
D. KLASIFIKASI ANEMIA
1.  Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll)
2.  Anemia megaloblastik  (29,0%)
Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik  dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.
3.  Anemia anemia hipoblastik (8,0%)
Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan pemeriksaan :
a)  Darah tepi lengkap
b)  Pemeriksaan fungsi sterna
c)  Pemeriksaan retikulosit, dll
4.  Anemia hemolitik (0,7%)
Anemia jenis ini di sebabkan  penghancuran/pemecahan sel darah nerah yang lebih cepat dari pembuatannya.
 E.  TANDA DAN GEJALA ANEMIA
Masing-masing jenis anemia memiliki gambaran berbeda, bergantung pada kecepatan terjadinya anemia tetapi terdapat beberapa tanda dan gejala umum dan beberapa tanda dan gejalainiti, namun bukan semuanaya dapat ditemukan pada sebagian besar kasus. Ibu mungkin tidak mengerti bahwa dirinya mengalami gejala anemia sampai mereka ditanya, namun sering sekali mereka menganggap perasaan lelah dan letargi merupakan dampak dari kehamilan, waktu dalam setahun, atau kerana kelelahan karena tekanan kerja dan keluarga.
Gejala kelelahan, keletihan, irirtabilitas dan sesak nafas saat melakukan aktifitas merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Stomatits ngular dapat juga terjadi yaitu robekan yang terasa nyeri pada sudut mulut yang menyebabkan kehilangan nafsu makan.
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara  klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro, 2005).
Tanda pucat pada kulit, membrane mukosa dapat dilihat, dan mungkin tampak  pada telapak tangan dan konjungtiva, meskipun tanda ini bersifat subjektif dan tidak dapat diandalkan. Pada anemia klinis yang tampak secara langsung dihuungkan dengan ketidkadekuatan suplay oksigen dan mencakup takikardia dan palpitasi, angina dan kaludikasi intermitten.

F. DERAJAT ANEMIA
Pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin Ibu hamil dikatakan anemia bila  kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang  dari 11,00 gr%.  Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % .  Anemia  pada  ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:  Tidak anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan   : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang  : Hb 7-8.9 gr%, Anemia berat   : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 ).
G. EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL
  • Bahaya Pada Trimester I
Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran.
  • Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
  • Bahaya Saat Persalinan
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).
 H. KEBUTUHAN ZAT BESI SELAMA KEHAMILAN
Zat besi tambahan dibutuhkan oleh tubuh selama kehamilan, kebutuhan total zat besi adalah antara 580 dan 1340 mg, dan dari jumlah itu sampai dengan sampai dengan 1050 mg akan hilang selama persalinan (hilman 1996). Pada awal kehamilan, kebutuhan zat besi sekitar 2,5mg/hari dan meningkat sekita 6,6 mg/hari pada trimester tiga. Diet normal zat besi negara maju adalah 15-20 mg/hari dan 3-10% diabsorpsi terutama dari duodenum. Pada wanita sehat, kehilangan zat besi sehari-hari adalah 1-2 mg (Jordan & McOwat).

 I. PENATALAKSANAAN
1.  Mendiagnosis
Evaluasi awal pada wanita hamil dengan anemia adalah melakukan pengukuran hemoglobin, hematokrit, dan indeks-indeks sel-sel  darah merah; pemeriksaan cermat terhadap sediaan apus darah tepi.
2.  Penanganan
a.  Anemia ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9 – 10,9 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari. Hb dapat dinaikkan sebanyak 1 gr%/ bulan.
b.  Anemia sedang
1)  Pengobatan dapat dimulai dengan pemberian preparat besi feros 600 – 1000 mg/ hari seperti sulfat ferossus atau glukonas ferossus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 gr/ 100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir.( Saifuddin, AB, 2000 )
2)  Pemberian tablet Fe 3x1 ( Varney,H. 2007; h.625 )
c.   Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg ( 20 ml ) intravena 2x10 ml intramuskuler pada gluteus. Transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat resiko transfusi bagi ibu dan janin. ( Saifuddin,AB. 2000 )









SOAP

Masuk rs tgl/jam          :           12 februari 2012/12.30 wita

Biodata


Nama               :           Ny.”H”           
Umur               :           28 tahun
Agama             :           Islam
Suku/bangsa    :           Bugis/Indonesia
Pendidikan      :           SMA
Pekerjaan         :           Wiraswasta
Alamat                        :           Jln.Maccini raya No.32.Surabaya
No tlp/hp         :           0411-342552
Nama suami                :  Tn “R”
Umur                           :  30 Th
Agama                         :  Islam
Suku/Bangsa               :  Jawa/Indonesia
Pendidikan                  :  SMP
Pekerjaan                     :  swasta
Alamat                                    :  Jln.Maccini raya No.32.Surabaya




Data subjektif              :
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke 2, hpht 28 mei 2011, sering buang air kecil terutama pada malam hari, gangguan tidur pada malam hari karena keinginan untuk buang air kecil, makanan yang berair dan minum karena takut semakin sering buang air kecil, sering pusing,mual,lemas dan pandangan berkunang-kunang terutama pada pagi hari.



Data objektif    :
·         Ibu kelihatan lemas dan konjongtifa pucat
·         Pemeriksaan TTV (TD: 100/90 mmHg.N:80/menit.S:36o C)
·         TFU 30 cm ,teraba bagian bulat tidak ada lentingan(bokong janin)
·         Terdengar DJJ 144/menit dengan menggunakan dopler
·         Pemeriksaan lab HB 8 gram %
·         Genetalia tampak bersih, pendarahan (-), cairan (-)

Analisa    :
·         G2 P1 O1 dugaan usia kehamilan 32 minggu
·         Janin hidup tunggal intra uterin,letak memanjang,presentasi kepala
·         Diagnosa  anemia ringan

Penatalaksanaan (planing)     :
·                  Beritahu ibu hasil pemeriksaan
·                  Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang terlalu berat
·                  Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan sebaiknya sering makan dengan porsi yang dikurangi
·                  Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh
·                  Anjurkan kepada ibu untuk  mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin setiap hari
·                  Anjurkan kepada ibu untuk  minum obat zat besi
·                  Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi sebelum melakukan aktifitas
·                  Anjurkan kepada ibu untuk  melakukan pemeriksaan(kontrol) minggu lagi untuk melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium





a.      Kesimpulan
            Seseorang dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12g/100ml. namun anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilam. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sum-sum tulang.
            Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
            Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika minimum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan dengan mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
            Zat besi juga dapat dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, maka akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Jika cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek,
b.      Saran
            Kebijakan dari pemerintah yang ikut andil dalam pemeliharaan kesehatan calon ibu dengan menanggulangi anemia ini dengan cara memberikan tablet tambah darah untuk mengatasi anemia ibu perlu lebih pengaplikasikannya secara terorganisir









DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1992. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Jakarta
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
Robson, S. Elizabeth, Jason Waugh.2011. Patologi Pada Kehamilan Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Winkdjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Wylie, Linda. Helen Bryce. 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : EGC